Sebuah Nama Part IV (Kagum)

- Rabu, 15 Maret 2023 | 18:47 WIB
Kekaguman seorang wanita yang memandang lelaki yng dicintai dari kejauhan (Laris Mataubana)
Kekaguman seorang wanita yang memandang lelaki yng dicintai dari kejauhan (Laris Mataubana)

Hits IDN -Bagaikan pijakan kaki terhadap bumi. Aku kagum padamu secara sadar dalam terbenamnya matahari pada langit senja diufuk barat dan kembali terbitnya mentari di ufuk timur.

Sore ini dalam sisa-sisa senja menjelang malam aku masih tertidur di atas pembaringanku. Pikiranku seharian tak tenang. “Sudah dua bulan lamanya dia tidak pernah beri aku kabar” kataku dalam hati. Aku membalik-balikan badanku  ke kiri dan ke kanan lagi. “Hari ini kan hari minggu mestinya dia meneleponku?” kataku dalam hati sembari mencari-cari handphone yang ku lempar di ujung tempat tidur.

Aku menatap layar  handphone, melihat rentetan pesanku dari sepulang gereja tadi pada messenger namun belum dibaca, benar saja chattinganku belum dilihat olehnya. Aku semakin gelisah. “Jangan-jangan dia lupa, atau…akh…”pikirku. Logika dan hatiku sekarang saling berperang dalam amukan mereka masing-masing. Hatiku tak kuat dengan beribu serangan dari logika. “Ah…sudahlah, mungkin dia sibuk”kataku lagi. Akupun bangun, membuka pintu kos dan duduk di teras.

Malam pun tiba dengan tawaran kegelapan bersenter bulan dan bermandikan bintan-bintang redup di atas langit. Kedipan bintang yang berjejer bersama seakan mengejekku, aku sangat kesal. Menutup mata dan masuk lagi ke dalam kamar kos kemudian menutup pintu rapat-rapat dan membiarkan lampu padam. Aku hempaskan seluruh tubuh di atas tempat tidur, seketika itu pun aku tertidur lelap. Pukul 22.30 p.m aku tersadar dari lelapku. “Ya, ampun…aku ketiduran”kataku pada diriku sendiri. Aku bangun, menyalakan lampu dan mencari-cari handphone dan terlihat 5 kali panggilan tak terjawab dari sebuah nama. Aku tersentak kaget, tanganku gementaran karena gugup. Aku segera menelepon balik tapi tak diangkat. Sesalku tambah parah dalam tiap detik yang berlalu. “kenapa tadi aku ketiduran, bodoh memang..”kataku memarahi diriku sendiri. Lamunanku buyar oleh suara dering teleponku.”akh…dia memanggil” kataku sambil melompat kegirangan seperti anak perantauan menjumpai orang tuanya. Sesegera mungkin aku jawab teleponnya dengan gugup “haaaa,..halo” kataku. “halo sayang, maaf baru beri kabar, kami sibuk persiapan masa-masa panggilan kami. Nanti ada waktu pasti saya kabari lagi” jawabnya panjang lebar mematahkan deretan kalimatku tentang betapa rinduku padanya.” Iya , dimengerti” jawabku singkat.”ok, begitu saja dulu, nanti ada waktu lagi aku kontak. Jaga diri dan jaga hati”katanya. ”Iya sayang”balasku. “Yah sudah begitu dulu,selamat hari minggu kesayanganku”katanya mengakhiri. Telepon dimatikan. Aku masih termenung, memegang handphone. “ Sudahlah yang penting ia sudah beri kabar dan lebih penting lagi mendengar suaranya. Meskipun singkat dan tak diiring suara petikan gitarnya”kataku. kami memang seperti ini memilih saling mendengar suara dan berbagi lewat via telepon. Maklum jarak cukup jauh dijangkau raga untuk duduk bersama dan bercerita seakrab dulu. Walaupun dekat tak bisa. Mungkin. Kami berada dalam ruang yang berbeda. Tetap saja hati kami masih sama-sama merindukan dan mencintai.

Kelumit-kelumit kisah bersajak kerinduan menjadi paket dalam tiap hari. Aku  sadar, aku kagum dan mencintai orang yang salah. Namun bagiku layak ku kagumi. Namanya selalu mendebarkan hati, namanya ciptakan rasa yang berbeda dalam tiap tarikan nafas. Sebuah nama itu aku telah teramat jatuh cinta. Sayangnya semua hanya mampu dikenang.  Sekali lagi, Maaf jika perasaanku sering mengusikmu.

Waktu begitu cepat berlalu, aku melepaskan ragamu tapi tiap kali namamu aku ingat, tiap kali itu bayangan kebersamaan ada. Aku pun memilih sendiri,menunggu dengan keyakinan di dada seperti orang buta. Jika memang waktu itu kembali datang bersama denganmu dan mengulurkan tangan kepadaku dengan sepenuh hati aku menerimanya. Terkadang cinta sejati seperti bunga liar yang terabaikan. *****

BERSAMBUNG...

 Penulis : Maria Ratu Rosari Atie (TUTU)

 

Editor: Serilius Claris Mataubana

Sumber: Hits IDN

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X