Hits IDN- Awalnya saya mengira kalau Ganjar Pranowo itu pemimpin yang sekedar cari sensasi. Betapa tidak, begitu dilantik gubernur ia menolak menggunakan mobil mewah untuk keperluan dinasnya.
Anggaran mobil dinas gubernur Jawa Tengah waktu itu Rp 6,7 milyar. Tapi Ganjar memilih menggunakan Kijang Innova yang harganya sekitar 400-an juta.
Kalau di daerah-daerah, Toyota Innova itu mobil dinas yang biasa digunakan Kasi sampai Kabid. Masa sih sekelas gubernur mau disamakan dengan Kasi?
Rasa heran yang sama juga pernah diungkapkan Andy F Noya saat bertemu Ganjar. Bahkan ia terang-terangan meledek dengan nada bercanda; gubernur kok mobilnya jelek.
Ya memang mengherankan. Mana ada coba gubernur yang pakai Innova untuk keperluan dinasnya? Lihat saja mobil yang dipakai Anies Baswedan saat memimpin Jakarta kemarin. Toyota Land Cruiser, Bos. Harganya sampai Rp. 2 milliar.
Tapi kecurigaan saya pada sosok Ganjar langsung rontok begitu mengetahui alasan di baliknya. Ganjar ternyata lebih memilih pakai mobil biasa supaya anggarannya bisa digunakan untuk membantu pembenahan insfrastruktur sehingga bisa dinikmati masyarakat.
Mengetahui hal itu, saya tidak bisa berkata-kata. Mulut saya mendadak lengket dan hanya bisa geleng-geleng kepala. Kecurigaan saya pun kini berbalik jadi kekaguman. Ganjar ternyata lebih memilih melayani warganya ketimbang melayani dirinya sendiri. Salah satu sikap yang jarang sekali dimiliki pemimpin di negeri ini.
Selama dua periode menjabat, Ganjar pun tetap setia dengan Innovanya. Bahkan dengan mobil dinas yang sederhana itu, Ganjar justru gesit kemana-mana. Kendaraan itu memudahkan mobilitasnya yang tinggi. Ia tak ragu medatangi warganya di pelosok-pelosok dengan medan yang sulit.
Saat warganya ada persoalan, Ganjar selalu hadir. Begitupun saat ada bencana, ia selalu datang untuk memberikan bantuan sekaligus dukungan.
Gubernur rambut putih itu tampaknya juga cuek-cuek saya. Tidak malu sedikit pun. Namun justru dari sana, kita bisa memanen nilai-nilai kesederhanaan. Bahwa esensi lebih utama ketimbang bungkus. Toh nyatanya kesederhanaan itu tidak menghambat kinerja Ganjar, tapi justru mendekatkannya dengan masyarakat yang luas.
Dengan mobil dinas yang biasa-biasa saja, masyarakat tidak merasa ada jarak. Juga tidak takut untuk mendekat. Kita pun jadi merasa bahwa Ganjar adalah bagian dari kita semua.
Sekarang, ketika jutaan orang dari segala penjuru mendukungnya maju presiden, Ganjar pun tidak berubah. Ia tetap rendah hati dan tidak jumawa. Ia tetap mau duduk-duduk minum kopi bareng warga, mendengar aspirasinya, sambil sesekali bercanda.*****